Dua orang tengah menjalin persahabatan yang baik dan tulus. Fara, dan Fari. Entah karena apa mereka jatuh ke dalam suatu konflik yang makin dingin dan serius. Dan ini adalah pertama kalinya mereka harus 'bertengkar' sedemikian hebat. Padahal sebelumnya mereka bersahabat duduk akrab berdampingan. Saling meminjamkan, saling menasehati dan memberi saran. Namun persahabatan yang akrab itu kini mulai retak.
Dimulai dari kesalahpahaman yang sepele saja. Kemudian berubah menjadi perbedaan pendapat yang besar. Dan akhirnya membisu menjadi sebuah gunung es. Beberapa minggu sudah berlalu, mereka saling berdiam diri
tak bertegur-sapa. terasa makin dalam pemisah diantara mereka berdua. Suatu pagi, Fara mendengar seseorang mengetuk intu rumahnya. Di depanpintu berdiri seorang pria membawa kotak perkakas tukang kayu. "Maaf, sebenarnya saya sedang mencari pekerjaan," kata pria itu dengan ramah. "Barangkali engkau berkenan memberikan beberapa pekerjaan untuk saya selesaikan."
"Oh ya!" jawab Fara. "Saya punya sebuah pekerjaan untukmu. Kau lihat rumah di seberang sungai sana. Itu adalah rumah sahabatku Fari... ah sebetulnya bukan lagi sahabatku..
Tapi minggu lalu ia dengan buldozer membuat tanggul lalu mengalirkan airnya ke tengah padang rumput di antara rumah dia dan rumahku. Sehingga menjadi sungai yang memisahkan dia dan aku. Hmm, barangkali ia melakukan itu untuk mencemoohku. Tapi lihatlah aku akan membalasnya lebih setimpal..! Di situ ada cukup kayu-kayu. Aku ingin kau membuatkan pagar setinggi 4 meter untukku, sehingga aku tidak perlu lagi melihat rumahnya. Pokoknya, aku ingin melupakannya... seperti yang ia ingin lakukan kepadaku"
Kata tukang kayu, "Saya mengerti. Belikan saya paku dan peralatan. Akan saya kerjakan apapun yang akan membuat engkau merasa senang." Kemudian Fara pergi ke kota untuk berbelanja berbagai kebutuhan dan menyiapkannya untuk si tukang kayu. Setelah itu ia meninggalkan tukang kayu bekerja sendirian. Sepanjang hari tukang kayu bekerja keras, mengukur, menggergaji dan memaku. Di sore hari, ketika Fara kembali, tukang kayu itu baru saja menyelesaikan pekerjaannya.
Betapa terbelalaknya ia begitu melihat hasil pekerjaan tukang kayu itu. Sama sekali tidak ada pagar kayu tinggi sebagaimana yang dimintanya. Namun, yang ada adalah jembatan melintasi sungai yang menghubungkan rumahnya dengan rumah Fari. Jembatan itu begitu indah dengan undak-undakan yang tertata rapi. Di sana masih tampak olehnya pintu rumah Fari.
Lalu.. dari seberang sana, terlihat Fari membuka pintu rumahnya, bergegas berjalan melewati jembatan itu dengan kedua tangannya terbuka lebar. "Fara...! kau sungguh baik hati padaku, mau membuatkan jembatan
ini. Padahal sikap dan ucapanku telah menyakiti hatimu.. maafkan sikapku...!" kata Fari pada Fara.
Dua sahabat itu pun bertemu di tengah-tengah jembatan, saling berjabat tangan dan berpelukan... Melihat itu, tukang kayu pun membenahi perkakasnya dan bersiap-siap untuk pergi. "Hai, jangan pergi dulu. Tinggallah beberapa hari lagi di sini. Aku mempunyai banyak pekerjaan untukmu," pinta Fara dan Fari.
"Sesungguhnya saya ingin sekali tinggal di sini," kata tukang kayu, "tapi masih banyak jembatan lain yang harus saya selesaikan..."
Kiriman : Paulus