Bicara soal
agama ya memang susah. Susahnya adalah bahwa kita semua beda agama dan beda
kepercayaan, namun yang unik adalah beda agama namun satu kepercayaan, nah apa
itu? ya budaya. Jawabannya agama budaya. Kebetulan saya suku Dayak Bakati dan
saya sudah beragama Katolik sejak lahir. Budaya Dayak ada dalam sanubari saya
dan saya mencintainya karena tidak mungkin saya harus pensiun jadi orang Dayak
dan pindah suku, sebab Tuhan
sudah menaruh saya sebagai suku Dayak tentu ada maksudnya.
Dalam agama saya yang Katolik itu, saya pun hidup dalam budaya Dayak yang juga
mengimani Tuhan penguasa semesta alam.
|
Yang saya tahu dalam budaya Dayak yang diajarkan adalah budi pekerti, kebaikan
antara Penompa, Jubata, Duwata dsb dengan manusia. Manusia harus menghormati
alam ciptaannya sehingga selangkah apapun orang Dayak harus minta ijin terlebih
dahulu kepada Tuhan melalui alam, misalnya membuat ladang, mereka harus ijin
dan memberikan persemebahan serta doa-doa dalam bahasa nyangahatn (lantunan
syair doa dalam bahasa halus) meminta Tuhan memberikan berkat Nya. Yang perlu
kita ketahui adalah media agama/kepercayaan yang kita gunakan dalam mengenal
Tuhan ternyata tidak sama satu dengan lainnya, nah itu yang patut kita hargai.
Yakinlah jika dia seorang Dayak yang beragama Islam maka dia memiliki
kepercayaan yang sama dengan seorang Dayak yang beragama Kristen yakni
sama-sama percaya bahwa ajaran agama kepercayaan dari agama adat budayanya
itulah yang mengallir dalam sanubarinya dan itu pulalah yang membuat setiap
orang menjadi satu dalam keluarga besar Dayak dimana ketika menyatu dalam Dayak
tidak ada istilah Islam, Krosten, Hindu, Budha dan sebagainya semua mereka
menyatu dalam kepercayaan yang sama yakni budaya Dayak yang mengajarkan banyak
budi pekerti. Perlu diketahui pula bahwa sebelum Hindu muncul di Indonesia,
orang Dayak telah lebih dahulu beragama asli yang kemudian bermutasi menjadi
Hindu di Kutai sementara suku-suku lainnya di Indonesia belum beragama Hindu
termasuk Jawa yang termasyur itu. Artinya penyebaran Hindu setelah di
Kalimantan tentulah salah satunya ke Jawa melalui hubungan Kutai dengan
wilayah-wilayah lainnya di nusantara.
Sangat tidak masuk diakal jika Kutai sebuah kerajaan tertua di nusantara dengan
masa jayanya yang berabad-abad tidak mempengaruhi wilayah lainnya di nusantara?
Pasti Jawa, Sumatera, Sulawesi juga mendapat pengaruh besar dari Kutai kerajaan
Hindu Dayak tertua di nusantara.
Saya agak heran, kata “Dayak” dalam menyebutkan kerajaan Kutai hampir tidak
terdengar, apa sengaja dihilangkan agar terkesan bahwa Kutai bukan kerajaan
Dayak. Tugas kita semua untuk menyebarkan bahwa Kutai pertama adalah Kutai
Dayak yang beragama Hindu. Artinya Dayak memiliki pengaruh besar di Indonesia
dan menyumbangkan pemikiran serta sejarah yang tak ternilai harganya. Saya
bangga menjadi orang Dayak sebab sejarah membuktikan bahwa Kerajaan tertua ada
di Kalimantan dengan rajanya yang bernama Kudungga seorang Dayak asli
Kalimantan yang telah beragama Hindu. Kejayaan Dayak tersebut kemudian direbut
paksa oleh Kertanegara melalui siasat dan kemudian Kutai Dayak jatuh dan
berubah nama menjadi Kutai Kertanegara. Walaupun kalah, sejarah telah
melukiskan bahwa pemilik pertama kerajaan Kutai adalah orang Dayak asli. Ini
yang saya sangat banggakan. Jadi mari kita mengangkat dan mencari tahu tentang
diri kita sendiri. Sejarah kita telah banyak dimanipulasi Jakarta dan
orang-orang yang tidak ingin mengungkapkan tentang Dayak si pemilik syah
Kerajaan Kutai itu. Mereka sengaja menyembunyikannya dari kita agar anak cucu
kita tidak mengetahui lagi sejarah sesungguhnya. Mari Dayak bersatulah, sebab
engkau pernah memiliki Raja dan yang pertama di nusantara ini. Engkau telah
mengajari Jawa dan Sumatera untuk mendirikan kerajaan-kerajaan baru yang
kemudian menjadi kerajaan yang ternama.
Pelajaran itu mereka dapatkan dari “DAYAK”.
sumber : http://dempo-timur.blogspot.com