Bicara tentang identitas Dayak, erat kaitannya dengan apa yang disebut alam.
Sementara dalam alam itu memiliki tiga unsur penting yang membentuk jati diri
orang Dayak. Ketiga unsur tersebut adalah Hutan, Tanah, Air. Jika unsur-unsur
ini hilang atau dimusnahkan, maka taruhannya adalah harga diri. Bagi orang
Dayak, hutan, tanah dan air merupakan sesuatu yang mutlak dan dipercaya sebagai
ladang kehidupan, karena menyediakan beragam jenis mahluk hidup baik yang
bergerak maupun tidak bergerak semuanya dikelola, dijaga dan dilindungi
keberlangsungannya. Selain itu juga, alam menjadi sesuatu yang sakral sehingga
dalam setiap proses aktivitas yang bersentuhan langsung dengan pengelolaan
sumber daya alam, maka harus dipastikan sudah meminta izin terlebih dahulu
kepada penguasa alam semesta dan semua mahluk baik yang hidup maupun yang sudah
mati.
Seperti dalam proses membuka lahan untuk perladangan. Setiap tahapan selalu
diawali dengan meminta izin agar penguasa alam bumi itu turut menyertai dan
memberkati. Orang Dayak masih memegang teguh kepercayaan dinamismenya, dimana
kepercayaan terhadap alam semesta beserta unsur-unsur didalamnya memiliki atau
ada penguasanya. Orang Dayak percaya kepada Tuhan yang mereka sebut sebagai;
Jubata, Duata, Petara, Ala Taala, Penompa dan lain-lain, untuk sebutan Tuhan
yang tertinggi. Kemudian juga masih ada penguasa lain dibawah kekuasaan Tuhan
tersebut, misalnya; Puyang Gana (Dayak mualang) adalah penguasa tanah, Nek
Duata (Penguasa Alam), Raja Juata (penguasa Air), Kama”Baba (penguasa Darat),
Jobata, Apet Kuyan'gh (Dayak Mali) dan lain sebagainya.
Disinilah, jelas terlihat bagaimana orang Dayak berinteraksi dengan alamnya,
mengelolanya sesuai dengan pengetahuan dan kearifan yang mereka miliki agar
senantiasa bisa berkelanjutan, tetap mampu menyediakan sumber-sumber kehidupan
sampai pada generasinya nanti.
Alam bagi orang Dayak dipahami sebagai sesuatu yang sakral. Karenanya, orang
Dayak tidak akan pernah mengeksploitasi alam karena bagi mereka tanah adalah
tubuh, air adalah darah dan hutan adalah nafas kehidupan. Dari hal itulah
kemudian membentuk nilai-nilai kebudayaannya, kepercayaannya dan kehidupannya
sebagai orang Dayak yang dibangun secara harmoni dan seimbang. Inilah mengapa
ketiga unsur tersebut menjadi simbol identitas diri Dayak.
Apabila unsur-unsur tersebut dihancurkan atau dimusnahkan, maka menurut
keyakinan religius-moral orang Dayak, itu adalah sebuah kesalahan fatal yang
bisa menghadirkan malapetaka baik bagi diri sendiri maupun komunitasnya. Oleh
karena itu, jika ada sikap dan perilaku yang salah, bengkok, dan merusak
hubungan antar sesama dan alam, maka perlu dilakukan rekonsiliasi misalnya
seperti melakukan ritual upacara adat. Tujuannya jelas untuk memulihkan kembali
relasi yang sudah rusak itu
Sumber : http://dayakmenggugat.blogspot.com/2010/02/alam-sebagai-simbol-identitas-dayak.html